Selamat Datang

Selamat Datang Di Blog anak ITS

Minggu, 06 November 2011

Makalah Studi Kasus Prasarana dan Sarana Transportasi

PENDAHULUAN

Proyek pembangunan jalan TOL MOJOKERTO-KERTOSONO merupakan rangkaian dari program Trans Java Toll Way System. Yaitu jalan tol yang dimulai dari  Merak, Jawa Barat sampai dengan bagian timur Pulau Jawa  yaitu Banyuwangi - Jawa Timur. Terdapat 10 ruas jaringan jalan tol di Jawa Timur diantaranya Tol Waru – Juanda (13,6 km), Jalan Tol Surabaya – Mojokerto (37 km) dan Jalan tol Mojokerto – Kertosono ini (41 km) dan masih ada 7 ruas Jalan Tol lainnya yang masih terkendala, umumnya terkait dengan pembebeasan lahan.
Keberadaan Jalan Tol ini sangat penting dalam kelancaran arus lalu lintas. Seiring meningkatnya jumlah lalu lintas yang diakibatkan bertambahnya jumlah kendaraan tidak sebanding dengan jalan arteri yang tersedia.
   Pembangunan Jalan Tol Mojokerto – Kertosono ini dimaksudkan sebagai jalan penghubung altenatif yang menghubungkan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten  Kertosono. Proyek pembangunan Jalan Tol ini sekarang sedang berlangsung, menurut rencana selesai pada akhir tahun 2012. Penyusun Tugas Akhir ini hanya membatasi pada manajemen pelaksanaan pembangunan jalan dengan menggunakan perkerasan kaku ( Rigid Pavement).


BAB II
DASAR TEORI

2.1    PRINSIP DASAR MANAJEMEN PROYEK
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka watu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak – pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak – pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi.
Digunakannya manajemen sebab manajemen adalah sebagai ilmu dan seni yang merupakan bentuk kerja, berfungsi penting sebagai pedoman kegiatan, standar pelaksanaan, sumber motivasi maupun sebagai dasar rasional pengorganisasian agar pelaksanaan kegiatan-kegiatan dapat mencapai suatu tujuan yang berhasil dan berdaya guna secara cepat, efektif dan efisien.
Dari kalangan para ahli belum terdapat adanya konsensus keseragaman dalam membagi jumlah fungsi manajemen. Tetapi pada umumnya kita dapat membagi fungsi manajemen itu dalam definisi yang diuraikan dengan singkatan POMC (Planning, Organizing and Staffing, Motivating, Controlling).

2.1.1           Perencanaan (Planning)
mempunyai tiga arti, yaitu :
-          Pengambilan keputusan (decision making)
-          Memikirkan secara mendalam untuk memutuskan apa yang harus diperbuat
-          Menetapkan sasaran dan menjabarkan cara mencapai sasaran-sasaran tersebut

Tujuan perencanaan adalah menemukan kesempatan-kesempatan di masa mendatang dan membuat rencana-rencana untuk memanfaatkannya. Rencana yang paling efektif adalah memanfaatkan kesempatan dan menghilangkan halangan atas dasar kekuatan dan kelemahan dari organisasi.

2.1.2           Pengaturan & Penyediaan Staff (Organizing and Staffing) :
Dalam suatu pekerjaan umumnya terdiri dari beberapa orang yang bersepakat untuk bekerja sama, maka diperlukan suatu pengaturan yang jelas, siapa yang mengerjakan apa, dan kepada siapa orang yang bekerja tersebut harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya (memberikan laporan). Maka tercipta struktur organisasi yang berfungsi sebagai sarana penentu dan pengatur, serta pembagi tugas antara orang/kelompok orang. Dalam struktur organisasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
·      Hubungan antara bawahan dan atasan harus jelas, komunikasi timbal balik harus terpelihara.
·      Tugas disertai pemberian wewenang yang berimbang dengan tanggung jawab (responsibility) yang dipikulnya.
·      Tanggung gugat (accountibility) terhadap atasan juga harus ada.
·       Uraian tugas pekerjaan untuk staff dan pimpinan perlu dijabarkan dengan jelas dan konkrit (job discription).
·       Makin tinggi jenjang manajerial makin sedikit bawahannya, dan sebaliknya makin ke bawah makin banyak orang yang dibawahinya (struktur piramida).

2.1.3           Menggerakkan (Motivating)
Menggerakkan yang dimaksud adalah kemampuan dari seorang manager proyek untuk memberikan alasan kepada bawahannya untuk pengembangan sumber daya manusia dan bimbingan kerja (yang berperan disini adalah Faktor Leadership/Jiwa kepemimpinan). Pemimpin proyek selalu berusaha agar para bawahannya menjadi ahli dalam bidang pekerjaannya dan terampil dalam bidang manajemennya. Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan, memelihara perilaku manusia. Dan motivasi ini merupakan suatu subyek yang penting bagi manager, karena menurut definisi manager harus bekerja dengan melalui orang lain, maka manager perlu memahami orang-orang yang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhi untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi. Namun motivasi adalah juga subyek yang membingungkan, karena motivasi tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak. Motivasi bukan hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat adalah kemampuan individu dan pemahaman tentang perilaku yang diperlakukan untuk mencapai prestasi yang tinggi atau disebut persepsi peranan. Motivasi, kemampuan dan persepsi peranan adalah saling berhubungan.
Jadi bila salah satu faktor rendah, maka tingkat prestasi akan rendah walaupun faktor-faktor lain tinggi.
Faktor Motivasi yang perlu diciptakan oleh seorang manager proyek, meliputi:
·            Komunikasi timbal balik antara atasan dan bawahan, sehingga tercipta iklim kerja yang berkesinambungan.
·            Diciptakan unsur partisipasi dalam memecahkan masalah & pengambilan keputusan.
·            Metoda, program kerja yang mantap dan jelas.
·            Berorientasi kepada hasil pekerjaan
·            Delegasi pekerjaan harus disertai tanggung jawab yang jelas, limitasi wewenang untuk dapat mengambil keputusan serta kriteria tentang hasil pekerjaan.
·            Menghargai bawahan yang berprestasi dan ciptakan disiplin yang tegas.
·            Menciptakan suasana agar bawahan memiliki kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama secara kelompok (team work).

2.1.4           Pengontrolan (Controlling)
Pengontrolan dilakukan untuk melihat perkembangan pekerjaan, apakah sesuai dengan rencana, atau apakah ada penyimpangan ? Pengontrolan bisa dilakukan dari laporan dan dari pengecekkan lapangan, dan dari keduanya dilakukan pencocokan mana yang lebih aktual mendekati kondisi nyata.
Tujuan pengontrolan tidak mencari kesalahan orang, melainkan untuk menjaga dan melihat apakah hasil pekerjaan sesuai dengan rencana atau tidak, sesuai rencana yang dimaksud adalah kegiatan proyek dapat dimulai, dilaksanakan dan diselesaikan menurut jadwal yang telah ditentukan, budget yang disediakan, mutu pekerjaan yang ditetapkan dan sumber daya alam serta sumber daya manusia yang tersedia.

2.1.5           Langkah dalam melakukan fungsi kontrol :
a)    Adanya prestasi standard sebagai tolak ukur.
b)    Mengukur hasil prestasi pekerjaan.
c)     Membandingkan & mengevaluasi hasil prestasi aktual dengan standard prestasi yang diharapkan.
d)    Melakukan tindakan koreksi, bilamana standard prestasi tidak tercapai.
Secara spesifik konsep manajemen adalah merupakan suatu proses, dimana di dalamnya diberikan input dan diharapkan manajemen dapat menghasilkan output sesuai sasaran sebagaimana yang ditetapkan. Input dalam proses manajemen terdiri dari bermacam-macam sumber daya (resources), seperti:

-          Sumber Daya Manusia (tenaga kerja)
-          Sumber Daya Alam / Material (bahan)
-          Sumber Modal (dana)
-          Mesin Peralatan (alat)
-          Metode Kerja

Manajemen Proyek adalah sebagai suatu usaha kegiatan untuk meraih sasaran yang telah didefinisikan dan ditentukan dengan jelas secara efisien dan seefektif mungkin dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Ciri-ciri Umum Manajemen Proyek sebagai berikut :
1.       Tujuan, sasaran, harapan-harapan, dan strategi proyek hendaknya dinyatakan secara jelas dan terinci sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan satuan organisasi yang terlibat.
2.       Diperlukan Rencana Kerja, Jadwal dan Anggaran Belanja yang realistis.
3.       Diperlukan kejelasan dan kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab diantara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat dalam proyek untuk berbagai strata jabatan.
4.       Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengkoordinasikan mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pada berbagai strata organisasi.
5.       Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi manajemen. Informasi umpan balik akan dimanfaatkan sebagai pelajaran dan dipakai sebagai pedoman didalam upaya peningkatan produktivitas proyek.
6.       Diperlukan satuan organisasi proyek yang dapat dimungkinkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mungkin harus bergerak di luar kerangka organisasi, akan tetapi tetap berorientasi pada tercapainya produktivitas.
7.       Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tata cara dan dasar-dasar peraturan birokrasi, dan pengetahuan tentang cara-cara mengatasi kendala birokrasi.

Sistem Manajemen Proyek :

Sistem manajemen proyek disusun dan dijabarkan menjadi seperangkat pengertian, alat dan petunjuk tata cara yang mudah untuk dilaksanakan sedemikian rupa sehingga:
1.     Mampu menghubungkan dan menjembatani kesenjangan persepsi di antara para perencana dan pelaksananya, sehingga kesemuanya mempunyai satu kerangka konsep yang sama tentang kriteria keberhasilan suatu proyek.
2.     Dapat memberikan kesamaan bahasa yang sekaligus memadukan tertib teknis dan sosial, yang dapat diterapkan pada setiap proyek dengan cara sederhana, jelas, sistematis dan effisien.
3.     Mampu mewujudkan suatu bentuk kerjasama dan koordinasi antar satuan organisasi pelaksana sehingga terwujud suatu semangat bersama untuk merencanakan proyek secara lebih terinci dan cukup cermat dalam mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul dalam pelaksanaan.

Siklus Manajemen :

Semua kegiatan proyek merupakan suatu siklus mekanisme manajemen yang didasarkan atas 3 (tiga) tahapan, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Siklus mekanisme manajemen tersebut merupakan proses terus menerus selama proyek berjalan, oleh karenanya pelaksanaan proyek berlangsung dalam suatu tata hubungan kompleks yang selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi mutakhir dengan memanfaatkan umpan balik dari hasil evaluasi. Keberhasilan pelaksanaannya tergantung pada upaya dan tindakan yang terkoordinasi dari berbagai satuan organisasi dan jabatan diberbagai jenjang manajemen. Siklus mekanisme manajemen proyek tersebut ditunjukkan pada gambar :

untuk lebih lengkap silahkan download disini : tugas studi kasus
Sasaran Proyek
Tercapai
Berita Acara Penyerahan Hasil Proyek
Tercapai
PELAKSANAAN

PERENCANAAN

EVALUASI

Pengendalian (Monitoring)

Umpan Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar